Setelah sukses melalui film AYAT-AYAT CINTA dan KETIKA CINTA BERTASBIH yang merupakan adaptasi dari novelnya, Habiburrahman El Shirazy menggarap film ketiganya, berjudul DALAM MIHRAB CINTA. Menurut Kang Abik, sapaan akrab Habiburrahman, film ketiganya adalah 100% nuansa Indonesia.
Sinopsis
Syamsul (Dude Harlino) pemuda 20 tahun-an bertekad menuntut ilmu di sebuah pesantren di Kediri, meninggalkan kehidupannya yang cukup nyaman. Di sini ia bertemu dengan Zizi (Meyda Sefira) putri pemilik pesantren yang pernah ditolongnya ketika dijambret di kereta, yang kejadian tersebut membuat mereka jadi dekat.
Di pesantren ini Syamsul terusir karena dituduh mencuri akibat fitnah sahabatnya sendiri Burhan (Boy Hamzah). Kemudian karena keluarganya sendiri juga tidak mempercayainya, hingga benar-benar membuat Syamsul menjadi seorang pencopet.
Di tengah kekacauan dan kegelapan hidupnya ini Allah memberikan jalan baginya untuk bertobat dan mempertemukannya dengan Syilvie (Asmirandah) seorang gadis solehah. Apakah Syilvie nantinya yang akan berjodoh dengan Syamsul ataukah Zizi yang bakal jadi pendamping hidupnya?
Beberapa pesan dalam Mihrab Cnta
Bagi penulis yang kini juga menjadi seorang sutradara, Habiburrahman El Shirazy, sebuah film haruslah membawa pesan pencerahan bagi masyarakat. Itu pula yang menjiwai pembuatan film “Dalam Mihrab Cinta” (DMC), produksi Sinemart Pictures.
Film perdana yang disutradarai oleh Kang Abik (panggilan akrab Habiburrahman El Shirazy) itu diadaptasi dari novel dengan judul yang sama, karya Habiburrahman El Shirazy sendiri. “Film ini paling tidak membawa lima pesan,” kata Kang Abik saat ditemui di sela syuting film DMC di Jogjakarta, minggu ketiga Oktober 2010.
Pertama, seperti peribahasa Jawa yang berbunyi, “Becik ketitik, olo ketoro”. Bahwa yang baik pada akhirnya akan kelihatan kebaikannya, dan yang salah pada akhirnya akan ketahuan juga kesalahannya. Kedua, tentang kesucian cinta.
Ketiga, untuk memotivasi anak-anak remaja yang pernah berbuat salah atau khilaf, bahwa mereka bisa kembali menjadi baik. “Kita semua ini tidak ada yang benar-benar ma’shum (tidak pernah berbuat salah dan dosa), yang paling penting adalah ketika kita berbuat salah, segera kembali menata diri, bertobat. Anda-anda, anak muda yang pernah terpeleset, ayo bangkit mentara diri menjadi orang baik,” tegasnya.
Keempat, mengajak orang tua dan masyarakat agar bersikap arif bijaksana. “Kalau menemukan orang terutama remaja yang salah, mari kita bantu dengan memberi ruang kepadanya untuk kembali menjadi orang yang baik. Jangan sampai orang yang berbuat salah dan kemudian terjatuh itu malah kita tekan atau injak sehingga makin terbenam dalam lumpur,” tutur Kang Abik.
Dalam film DMC, tokoh Syamsul yang diperankan oleh Dude Herlino adalah seorang pencuri yang berpura-pura menjadi baik, sehingga ia dipanggil ustadz. “Karena tiap hari dipanggil ustadz, akhirnya dia mikir dan belajar agama dengan sungguh-sungguh, sehingga menjadi ustadz sungguhan,” ujarnya.
Penulis dan sutradara jebolan Al-Azhar University, Cairo, Mesir itu mengutip sebuah kitab klasik yang menceritakan tentang seseorang yang bersedekah kepada seorang pencuri, orang kaya yang pelit, dan pelacur. Orang-orang protes kepadanya, kenapa bersedekah kepada orang-orang yang tidak pantas menerima sedekah tersebut. Apa jawabannya? “Dengan adanya sedekah tersebut, semoga sang pencuri menjadi insaf dan tidak mencuri lagi; orang kaya yang pelit menjadi insaf, tidak pelit lagi; dan sang pelacur pun sadar, tidak menjaid pelacur lagi,” paparnya.
Pesan kelima yang ada dalam film DMC, kata Kang Abik, ingin mempromosikan masjid Jawa yang asli kepada masyarakat dunia atau internasional. “Bahwa ini lho masjid Jawa yang asli, yang arsitekturnya khas Jawa,” tuturnya.
Setelah mencari lokasi sekitar dua bulan di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jogjakarta, Kang Abik akhirnya menemukan ebuah masjid Jawa yang masih asli, yakni Masjid Patok Negoro, di Pelosok Kuning, Minomantani, Sleman, Yogyakarta. Masjid yang dibangun oleh Sultan Hemengkubuwono I pada tahun 1800-an ini masih asli, tidak diubah sama sekali, termasuk kolam dan halamannya. Masjid ini mempunyai joglo yang merupakan cirri khas masjid Jawa. Gerbangnya berundak tiga yang melambangkan tiga pilar dalam Islam, yakni Iman, Islam dan Ihsan.
“Dalam film DMC, tokoh Syamsul diceritakan belajar di pesantren tradisional. Karena itu, saya mencari masjid yang betul-betul klasik dan khas Jawa. Alhamdulillah ketemu Masjid Pelosok Kuning ini. Semoga dengan munculnya masjid ini di film DMC, akan membuat masyarakat internasional tahu mengenai masjid klasik khas Jawa ini. Apalagi Masjid Patok Negoro Pelosok Kuning ini termasuk salah satu cagar budaya,” ungkap Kang Abik.
0 Comments
Terima kasih atas kunjungannya