00.05

Keheninganlah yang hanya kurasakan di dini hari ini. Hanya suara laptopku yang sejak maghrib tadi belum beristirahat (karena memang settingan laptopku yang tidak mematikan hard disk ketika tidak digunakan). Laptop yang sejak maghrib kuputar beberapa surat di juz 30 pun masih melantun ketika kubangun di malam ini.

Suara Syaikh Sudais sangat membuat diri segera bangun teringat Isya yang belum kutunaikan. Aku tertidur pulas seusai maghrib. Entah kenapa, belakangan ini tubuh merasa tak kuasa melkukan aktifitas dengan optimal. I always sleepy. I think my time to rest is enough, but…I don’t know…why??? I think, I must manage my time to get the best activities (skripsi….amanah dakwah…’I’m sorry). Suara sedikit guyuran air di kamar mandi (Galang yang katanya kegerahan mengerjakan tugas kuliah) sedikit memberikan warna di heningnya Purwokerto. Nyamukpun ternyata ikut menemaniku menulis catatan kehidupanku ini. Begitu juga suara derap langkah di luar kamarku yang baru saja menutup pintu kamar mandi. He..he…ada dua suara lagi yang senantiasa terdengar hingga tulisan ini selesai, yakni suara keyboard dan juga mulutku yang tak hentinya mengunyah emping jagung yang dibeli saat pegkajian ke Baturaden sore tadi.

Ya…tadi sore yang sangat dingin, kami kelompok komunitas pergi menyusuri hujan menuju desa Rempoah untuk memenuhi janji bertemu dengan warga RT 3 RW 4 untuk mengambil data kesehatan dan data kependudukan warga. Bersama Cepoel, kukendarai motornya dengan hati-hati, karena ban belakang motor itu sudah tipis dan juga rantainya yang memberikan melodi selama perjalanan kami. At 2.30 When studying English in lobby (Building C) with Mrs Widji who sing a song hit single of Westlife ‘Soledad”, I promise to get data in Baturaden. Awan mendung dan rintik hujan menemani kepergian kami ke kosku untuk menaruh laptop Ima yang sejak pagi kubawa untuk repair wifi yang ada sedikit trouble. Selain berat, tuh laptop takut kena hujan, jadi sekalian naruh tuh barang, sayapun ganti sepatu untuk mengnakan sandal (Eman-eman sepatu pernihkahan kakak dihujanin, he..he..).

Hujan turun cukup deras ketika kami sampai di wilayah Sumampir sedikit ke atas. Mantel kelelawar Cepoelpun akhirnya kupakai untuk mengurangi rasa dingin air hujan Purwokerto plus dinginnya wilayah tersebut secara normal (Daerah yang telah kutinggali selama kurang lebih 3 tahun 4 bulan ini adalah daerah pegunungan. Ketika hujan, suasana kesegaran begitu terasa sekali).

Kami bingung mau kemana perginya, karena kami lupa dan bingung (Catatannya ketinggalan di kamar) tempat pelaksanaan kumpul ibu-bu RT 3 sore ini. Hujan yang semakin deras memaksa kami turun dan berteduh di toko material dekat wilayah tersebut. Menurut petunjuk Bu RT kemarin, tempat pelaksanaan kumpulan adalah depan apotek dan kita harus menusuri gang di seberang jalannya (karena memang letak apotek di RT 2, sebrang jalan).

Cepoel berusaha menuju rumah Bu RT, saya dan Ida menuju warung sebrang untuk membeli sedikit cemilan sambil nukar uang 50 ribu dan memecahnya untuk mengganti waktu yang telah kami minta dari Bu RT dengan sedikit uang kas. Karena kami lupa untuk minta ke Titis ketika berangkat.

Setibanya di tempat yang dituju, ternyata acara baru saja selesai. Mereka telah lama menunggu kami. Merasa tidak enak ditunggu, akhirnya kuajak ngobrol Bu Rt dan Sekertaris Rt (kata Ibu Rt dia juga kader Posyandu) beserta seorang ibu yang ikut kumpul namun belum pulang. RT ini ternyata sangat sering kumpul. Kumerasa ada di daerah yang begitu akrab kekeluargaannya. Mereka masih sangat perduli dengan saudara-saudara di sekitar mereka. Mereka bercanda, berbagi cerita, berbagi banyak hal yang mungkin tidak dirasakan mereka yang kurang memiliki waktu untuk mendengarkan keluh dan kesah tetangga. Mereka begitu bersahabat berbincang denganku. Akupun merasa bahwa mereka peduli untuk membantu pendataan ini. Pendataan pengkajian keluarga (materi keperawatan komunitas) kerja sama Puskesmas 1 Baturaden. Akhirnya kuserahkan 10 sheet pengkajian yang akan dibagikan RT untuk warga dalam pendataan ini.

Kami hanya menggunakan sampling data, karena memang terlalu banyak kepala keluarga yang harus kami ambil, terlebih lagi dalam satu RW terdiri dari 8 RT dan dari setiap RT ada sekitar 40 kepala keluarga. Sehingga untuk mengefisienkan waktu dan juga biaya, akhirnya dosen pendamping (Ns. Esti) memberikan kebijakan tersebut.

Kami (Aku, Cepoel dan Ida) menunggu temen-temen mengkaji data penduduk di Kelurahan. Padahal kalo mau seh seharusnya kitapun ikut berusaha seperti mereka door to door mengunjungi penduduk, bukannya sekedar memberikan form untuk mereka isi sendiri (he..he..males banget ya…) Bukannya males seh, tapi kami merasa enggak enak aja, sudah minta ijin untuk minta waktu kepada warga, eh..malah kami datangnya telat. Jadi tinimbang nambah waktu berkunjung ke rumah-rumah mereka, akhirnya kami cuma ngasih form yang harus mereka isi (Alibi doang ya..he,,,lari dari tanggung jawab kali, padahal kan sekalian silaturahim ya…) Hal aneh yang didapatkan di tempat itu, yakni waktu Ashar yang mereka tetapkan sendiri waktunya. Yupz, Ashar yang seharusnya jam 15.15, disini baru dikumandnagkan adzan jam 4. Wah..anehnyo…Kalo pernah denger alasan dari temen-temen KKN (yang memiliki karakter penduduk yang sama), mereka beralasan bahwa warga sekitar baru pulang kerja jam 4an, jadi dari pada ketinggalan jamaah, akhirnya waktu ashar dimundur sampai 45 menit. Kapanpun hari dan bulannya, waktu itu dijadikan standar mereka. Mungkin waktu dhuhurpun demikian??Saya belum tau pasti, karena belum sempet sebelum dhuhur berada di tempat itu. Padahal jamaah yang hadir biasa saja seperti halnya di wilayah perkotaan yang malahan daerah mereka adalah daerah sibuk. Di sini, kulihat jumlah warga cukup banyak kok. Tapi yang berjamaah???Hanya terlihat bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah sepuh. Ya..itu kondisi ummat yang entah kenapa di usia muda mereka masih malas-malasan untuk sholat jamaah ataupun sholat on time dan dilakukan di masjid. Padahalkan Rosululloh sangat menganjurkan (bahkan ada yang meriwayatan fardhu ‘ain) bagi setiap pria untuk dapat melakukan sholat fardhu berjamaah di masjid. Bagaimanapun kondisinya, ketika mendengar adzan, maka segera untuk menunaikannya. Semoga dengan didirikannya masjid (masih dalam tahap pembuatan pondasi) di kampus bisa mengetuk hati saudara-saudaraku utnuk merasakan indahnya sholat berjamaah.

Aku dan Cepoel turun jam 17.30. Ayu dan Fendi masih mengkaji warga dan mereka baru selesai 30 menit kemudian. Padahal temen-temen sudah pada pamitan jam 5. Kami yang sudah sejak jam 4 ndak mengkaji data merasa jenuh, terlebih lagi ndak bawa buku bacaan, hanya mushaf terjemah saja yang ada. Aku teringat belum tilawah, akhinya beberapa ayat kucoba kuingat kembali, karema sudah jarang sekali baca, apalagi menghafal.

Astaghfirulloh. Ya Alloh, janganlah Kau jauhkan hamba dari cahaya-Mu setelah kau berikan kedamaian dalam diri ini. Hanya cahaya itu yang dapat membuat hamba bertahan di perjalanan panjang ini.

Post a Comment

0 Comments