Kelembutan Sang Mentari

Pagi yang sejuk terasa di rongga hidung yang sedikit pilek karena hipersensitivenya hidungku dengan suhu yang rendah atau terlalu tinggi. Hidung yang cukup memerah ini tak terlalu parah untuk menghirup kesegaran karunia-Nya ini.
Duduk di depan pintu kosan bareng teman sekamar, sembari menonton teman sekamar yang sedang aktif membereskan kamar dan serambi kosan yang kemarin sore kehujanan hingga air surga itu berceceran tidak karuan.
Bisikan earphone menemani telingaku dari telinga kanan dengan diskusi gerakan hidup halal dan sehat dari sebuah radio muslim yang 4 hari lalu sudah kutongkrongi. Suara bisikannya dewasa dan membuatku suka mendengarkannya, ditambah lagi dengan senandung yang mengingatkanku padaNya.
Kicauan burung menyeimbangkan ramainya suara teman-teman yang sibuk menyiapkan diri berankat pagi. Mulai rebutan kamar mandi, toilet ataupun urusan tugas hingga rencana liburan akhir pekan. Maklumlah,kami ber-24 di sini. Bersama belajar kejiwaan saudara-saudara kita yang terganggu.
Namun sayang, mentari masih menutupi diri untuk berbagi sumber vitamin bagi pertumbuhan tubuh ini. Kelembutannya mengajak untuk kembali ke peraduan, tapi waktu yang memaksaku untuk segera berangkat ditemani kelembutan sang mentari

Post a Comment

0 Comments