Peritiwa Subuh

Oleh : Muhammad Badrushshalih

Alarm kembali berdering. Nada survivor Destiny Child mengusikku di jam 02.20. Dasarnya kebluk dan juga mungkin hati ini masih berkumpul kesombongan dan penyakit hati lainnya hingga alarm yang dibuat setiap 2 menit kembali berdering itu tak kunjung membangunkanku. Sampe pada akhrirnya jam 4.20 baru bangun.Wah..butuh 2 jam untuk membangunkanku.
Aku teringat janjiku untuk Shaum Daud hari ini. Roti tawar yang sudah disiapkan langsung kulahap tanpa harus cuci tangan atau setidaknya kumur-kumur (Jangan ditiru ya...don't try this at home). Karena waktu tersisa 10 menit lagi untuk adzan dikumandangkan. Sederetan roti itu kusandingkan dengan chocolate wafer stick yang memang aku coba siapkan sebagai cemilan menemani skripsiku.
"Oooo…skrispsi..kapan ku akan mengenakaan toga itu. Ya Rabb, Ya Rahman, Ya Rahim..Aku memohon kepada-Mu berilah hamba kekuatan untuk menyelesaikan amanah kuliah ini".
Sahurku pagi ini ditutup dengan setengguk air mineral yang masih tersisa dalam botol minum ukuran 1 liter. Galon di ruang TV sudah habis, padahal haus banget, karena air mineral yang tersisa bener-bener sisa. Hanya beberapa tetes aja (he..he..).But…Bismillah, semoga hari ini aku bisa menjalaninya dengan penuh keridhoan-Nya.
Kurasa badan gak enak dan membuatku untuk mandi. Segar tentunya pagi hari dengan kandungan oksigen yang banyak aku bermain dengan H2O. Oy, Bobi sudah stand by di depan TV sambil nonton and baca-baca materi ujian hari ini. Ups, saya lupa kasih tau kalau mulai pekan ini seluruh mahasiswa UNSOED menjalankan ujian tengah semester (UTS).
Ahmad yang lagi belajar di kamar langsung menyahut ketika aku ngobrol sama Boby
“Mas, dah subuh belum?”.
“Belum kang”, jawabku singkat.
Ahmad adalah anak yang paling rajin ibadahnya dibandingkan adik kos lainnya. Kalo waktu subuh tiba, dia langsung membangunkan temen-temen lainnya. Kosanpun bersih dengan kerajinan dia menyapu. Meski kesal, dia tetap setia membersihkannya. Dengan alasan Islam mengajarkan bagaimana kita menjaga kebersihan. “Kebersihan sebagian dari iman”, ujarnya ketika dia kesal ada sedikit masalah kebersihan di kosan. Ya, saya sebagai penghuni tertua di kosan, memang sering dijadikan tempat curhat bagi adik-adikku. Lebih tepatnya seh jadi konsultan mereka..he..he..Mulai dari masalah akademik sampe masalah keluarga.
adzan mulai menggema di keheningan waktu subuh. Sholat dua rokaat sebelum subuh lebih aku sukai dikerjakan di rumah, karena memang keutamaannya begitu. Seperti yang Rosululloh ajarkan.
Pagi yang indah. Bintang bertaburan indah melukiskan keindahan penciptanya. Suasana yang senantiasa dirindu. Seandainya waktu subuh seperti waktu sholat Jum’at. Terasa sekali bahwa aku di dunia ini memiliki banyak saudara yang saling menguatkan. Apalagi ketika berkumpul dengan saudaraku sedunia di Masjidil Haram.Subhanalloh...
"Ya..Alloh, ijinkan hamba dapat menggenapkan keislamanku menunaikan ibadah haji..Amin, ya..Rabbal ‘alamin.."
Jalan Gunung Srandil dimana tempatku bermukim dan Jalan Dr.Soeparno sangat sepi. Biasanya saya bertemu dengan seorang wanita usia baya yang menunggu angkot untuk ke pasar. Memang agak aneh. Waktu subuh, bukannya sholat dulu, eh..malah ingetnya pasar. Dengan keyakinan yang kuat ditambah kesabaran yang sangat besar, dia menunggu angkot yang lewat. Perlu diketahui bahwa angkot Purwokerto sangat sedikit. Sehingga untuk menemukan angkot, kita membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk menunggu. Telebih waktu subuh..wah..pokoknya super sabar deh nunggunya.
Dari arah yang berlawanan ada bapak dengan usia sekitar 60 tahun berjalan menuju tempat yang sama. Masjid Fatimatuzahra. Dia adalah jamaah yang sangat taat. Kalo dilihat dan dihitung, ada 5 orang jamaah seusianya yang rajin beribadah di masjid yang dikenal dengan sebutan mafaza (Masjid Fatimatuzzahra) ini.
Seperti halnya dengan dua jalan yang aku lalui tadi, jalan Gunung Muriapun nampak sepi dari orang. Hanya ada penjual bubur kacang hijau saja yang buka, itupun penjualnya sedang dalam keadaan tidur. Kecapean kali. Kerja nonstop.
Sebuah kebiasaan yang patut ditiru oleh semua imam yang biasa dilakukan imam tetap masjid ini ialah merapihkan shof (barisan) jamaah. Kata-kata yang senantiasa beliau ucapkan sebelum takbir ducapkan ialah “Rapat dan Luruskan shof. Pundak satu dengan yang lainnya merapat. Tumit berada di garis”. Ya..itu seperti yang Rosululoh ajarkan. Ketika sholat jamaah, semua manusia sama. Tak ada beda. Persaudaraan seiman dan seislam. Ya..bila Anda sholat di masjid ini, ada perasaan beda dengan kebersamaan yang dibentuk itu. Kekuatan kebersamaan.
Sebuah do’a menjadi bekal jamaah sebelum meninggalkan kumpulan sholat pagi ini ialah do’a pagi hari. Allohumma bika amsaina wabika nahya wabika namut wailaikannusyur (Ya Alloh, karena-Mu kami memasuki pagi, dan dengan-Mu kami memasuki sore, dan dengan-Mu kami hidup, dan dengan-Mu kami mati dan dengan-Mulah di bangkitkan).
Kami dipandu sama Ustadz Thoha untuk melafadzkannya dan menghafalnya. Di masjid ini, setiap ba’da subuh, kami dibekali beberapa hadits dan ayat yang dibacakan santri Mafaza sebagai pengingat kita. Ya..bekal hidup dan sekalian menghafalkannya. Tentunya sumbernya dari kitab-kitab yang berisi hadits-hadits shoheh donk.

Indahnya peristiwa subuh

Post a Comment

0 Comments