Rajutan Cinta

Oleh : Muhammad Badrushshalih

Membaca catatan poeth mengenai kenangan selama profesi jadi keingetan planning-ku untuk membuat resume semua memori selama profesi. Sebenarnya seh sudah ada beberapa memori yang tersimpan, tapi nampaknya lebih asyik lagi kalau dibuat review semua stase menjadi sebuah catatan yang tak akan pernah terlupakan ini. Saya akan coba memanggil ingatanku mulai awal ku profesi hingga sumpah profesi....

Semangat Menggebu [calon] Perawat!!!!
Hemmm...semangat profesi ini sudah tumbuh satu tahun sebelum kumasuki dunia profesi. Masih teringat saat itu aku menulis Renungan Seorang (calon) Perawat mengenai kerinduanku untuk bertemu dengan saudara-saudaraku di rumah sakit. Ya, semangat yang menggebu memasuki dunia RS karena ku mulai jenuh dengan aktivitasku saat itu yang masih banyak amanah sebagai aktivis. 
Semangat itu ternyata masih membara ketika aku mulai melangkahkan kaki menuju dunia profesi. Setiap informasi mengenai profesi langsung aku kejar. Karena aku yakin, INILAH JALANKU. Bahkan beberapa rekan yang telah lulus terlebih dahulupun lebih memilih untuk ikut profesi. Ya, kuliah sebagai sarjana keperawatan tanpa ikut profesi nampaknya ada sesuatu yang kurang. Istilahe kurang menjiwai perawat.
Semangat itu senantiasa melekat hingga kami janji kepanitraan. Teringat saat itu adalah awal kami mengenakan pakaian profesi. Masih canggung mengenakan pakaian biru itu. Perasaanku belum yakin (aja) akan terjun ke dunia rumah sakit (RS). 

Menikmati Peran Baru
Perasaan percaya diri menjadi seorang perawat muda (ners muda) sangat besar. Meskipun secara klinis kami tak ada pengalaman sama sekali. Oleh karena itu, kami menyadari bahwa kerja sama dengan pihak yang berwenang (rekan sejawat di rumah sakit, baik perawat ataupun dokter serta tenaga kesehatan yang lainnya) adalah sesuatu yang harus dibina. Terlebih sekarang yang harus ditanamkan adalah kami menjadi bagian dari RS. Sehingga, apapun yang kami lakukan kepada pasien, itulah yang akan mereka rekam mengenai citra RS yang menjadi tempat kami praktek. 
Awal masuk RS saat itu yang dirasa paling dominan adalah BINGUNG. Bingung karena kami tidak memiliki pengalaman sama sekali mengenai duniaku sendiri. Aku hanya tau RS ketika ada keluarga yang dirawat. Itupun hanya melihat mereka bekerja. Bukan sebagai subjek. Sedangkan untuk masalah merawat, jangan tanya.
Saat itu yang pertama kami terima adalah pembekalan dari pihak RS mengenai profil RS, hak dan tanggung jawab kami selama di RS. Tak lupa, sebagai salah satu keluarga baru di RS, kami harus mengenakan identitas RS. Saat itu juga kami langsung difoto dan dibuatkan identitas RS. Hal ini bertujuan agar keberadaan kami di RS tersebut sudah dianggap perawat. Bukan praktekan. (Cukup aneh juga ya, sudah jelas-jelas pakaian kami beda dengan perawat ruangan, lucu ya... :))
Selanjutnya kami diorientasikan semua ruangan yang akan kami gunakan. Kemudian masing-masing menempati ruangan sesuai jadwal dan kelompoknya. Hal yang tak akan pernah terlupakan adalah meminta izin untuk memperkenalkan diri dan izin untuk praktek di ruangan tersebut dan mohon bimbingannya.
"Maaf Pak/Bu, (sambil menyalami perawat yang dinas saat itu). Kami (ber-9) praktekan dari keperawatan UNSOED insya Alloh mulai besok kami akan praktek di ruangan ini. Mohon bimbingannya Pak/Bu"
Kemudian acara perkenalan dan orientasi ruangan serta orientasi pasien. Kemudian kami menyerbu status pasien. Kami bingung setengah mati untuk hari itu. Entah data apa yang akan kami ambil untuk tugas askep (asuhan keperawatan) selama bertugas di ruangan. Ya, saat itu yang dilakukan hanyalah mencatat semua data yang ada. Apapun itu. Mulai dari no rekam medik (RM), nama pasien hingga hasil pemeriksaan penunjang pasien. Namanya juga ora mudeng. Yo, kabean ditulis sisan.
Pekan pertama (bahkan lebih) nampaknya menjadi hari terbodoh bagi kami. Kami hanya menjadi sosok bebek yang senantiasa mengekor apa yang ada di depan. Kami menanggalkan gelar S.Kep (Sarjana Keperawatan) yang baru kami sandang. Karena dunia kerja tidak hanya membutuhkan title/gelar. Setinggi apapun gelar, apabila tidak mengerti dunia praktik. Maka itu sama saja bohong. Disini aku mulai tersadarkan akan pentingnya keseimbangan antara ilmu dan praktek. Semoga dunia keperawatan akan semakin lebih baik dengan adanya keseimbangan antara ilmu dan praktek. Praktek menerapkan ilmu yang telah diraih dan ilmupun harus disesuaikan dengan lahan. Karena keperawatan itu penuh dengan seni.
Bukan karena merendahkan diri, namun belajar dari siapapun itulah yang aku coba terapkan. Setiap individu memiliki kelebihan masing-masing dan itulah yang saya cari. Sekecil apapun tindakan yang dilakukan rekan sejawat, aku berusaha ingin tau apa yang mereka lakukan, terlebih kepada pasien kelolaanku. Karena aku yakin, aku lebih tau dari yang lainnya mengenai pasien kelolaanku.




NB:
Istilahe: (bahasa Jawa) yang artinya istilahnya
ora mudeng : Bahasa Jawa (Banyumasan) yang artinya ora (tidak), mudeng (paham)
Yo, kabean ditulis sisan: Ya, semuanya ditulis sekalian

Post a Comment

0 Comments