Bunga untuk Ibu dan Bapak

Nabi Muhammad saw. Bersabda : "Bahwasanya Allah swt, malaikat-malaikat-Nya, isi langit dan bumi hingga semut yang ada di dalam lubang dan ikan di dalam laut, semuanya berdo'a kebajikan kepada orang yang mengajarkan manusia."...
Guru, dalam bahasa sansekerta barasal dari kata ‘Gu’ : yang berarti kegelapan dan ‘Ru’ : yang berarti menghalau. Maka, Guru mengacu kepada orang yang menghalau kegelapan serta membawa lebih banyak pencerahan. Pada definisi yang lain, ada yang menyatakan bahwa kata ‘guru’ berarti ‘berat’. Pada perkembangan pengertiannya, ia diartikan pendidik, tentor, ataupun mentor.
Terlepas dari seluruh pengertian itu, setidaknya kita sepakat bahwa Guru adalah pembawa cahaya. Dan aku setidaknya lebih sepakat, pada kata Guru, tidak sekedar melekat ‘cahaya’, tapi disana adapula ‘cinta, tanpa pamrih, memberi, kasih, kesejukan, transfer ilmu’ dan entah apalagi yang tak bisa kubayangkan.
Maka, Guru, tak sekedar pengajar, tapi ia mengambil tanggungjawab pendidik. Seperti Ki Hajar Dewantoro pernah menyampaikan Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. ‘Berat’ benar tanggungjawab itu. Ia motivator sekaligus pelopor. Ia pendorong sekaligus pengayom. Oleh karena itulah, Guru, tak hanya yang sekedar kita kenal dari ‘seragamnya’ sebagai guru. Akan tetapi Guru adalah dia yang kita kenal sejak dari hatinya sebagai Guru. Bisa jadi ia mengajar di sekolah, di masjid, di jalanan, di tempat kumuh, di kumpulan pemuda, di sudut-sudut temaram masjid dan mushola. Ia yang mengambil tanggungjawab dan terpikir terus akan manusia-manusia yang dididiknya hingga memejamkan mata.
Semoga aku tak terlambat, untuk mengucap terimakasih, di hari para guru ini, di hari Kamis, di hari dimana amalan dan do’a diangkat ke langit.
Aku berkirim do'a untuk ‘Ibu dan Bapak’. Pada kekar tangan bapak aku belajar kegigihan, pada senyumnya aku belajar cinta, dan pada kegigihannya mengajar di tempat terpencil aku belajar dedikasi. Aku juga kirim bunga untukmu wahai guru-guruku, di sepanjang perjalanan kehidupan. Mengenalkanku pada dunia seisinya, pada ilmu, pada makna yang sejati bahwa kita adalah manusia. Untukmu kakak-kakku yang mengajariku pantang menyerah, aku belum bisa membuktikan apapun, kecuali usaha yang tak henti untuk keyakinan yang kau berikan.
Kepadamu guru-guruku di sepanjang jalan ini, di mushola kampung, di ruang diskus, di temaram lampu kamar. Dan takkan kulupakan segala jasamu wahai para Murabbi yang menuntunku kepada cahaya, membebat luka-luka batinku, membantuku memilih antara al-haq dan al-bathil. Cinta yang tak pernah menuntut apapun itu, telah membawaku di jalan ini.

Post a Comment

0 Comments