Nikah Bulan Depan, Mau?

Hemm...mmm, bukan niatan saya membuat rekan-rekan yang masih bujang semakin galau dengan tulisan ini. Harapan saya seh bisa memberikan sedikit inspirasi untuk menyegerakan menikah :).
Saat bujang dulu, pernah terpikirkan dalam diri saya 'Apakah bisa saya menikah kelak?'. Pikiran ini tentunya banyak terinspirasi dengan berbagai latar belakang kondisi saya sebelum memutuskan untuk siap menikah. Beberapa pertimbangan diantaranya ialah masalah ekonomi, persiapan diri secara kematangan psikologis dan yang lebih urgent adalah siapakah yang menjadi pendamping hidup saya :).
Perlu diketahui, kalau 'virus nikah' sudah tertular pada diri saya sejak kuliah. Lingkungan masjid dengan banyak ustadz muda yang notabenenya lebih akrab untuk diajak diskusi menjadi faktor terbesar yang membuat semakin panas kalau ngobrolin masalah nikah. Gimana enggak, kalau setiap awal obrolan pasti disindir kapan nikah atau berbagai istilah lainnya yang mengarah kami, para mahasiswa, yang sering kumpul seusai sholat berjamaah. Tapi, ketika melihat keadaan diri yang masih kuliah dan merasa belum ada kesiapan mental terlebih ekonomi (lebih tepatnya belum ada rencana bekerja dalam waktu dekat, padahal rencana mau nikah sudah ada duluan :)). Dengan adanya pemantik itu, akhirnya saya buka life mapping dan memasukkan planning untuk menikah. Saat itu saya tulis nikah di usia 25 tahun. 
Dengan memasukkan planning nikah usia 25 tahun itu, kemudian saya buka jejaring planning menyiapkan pernikahan saya itu dengan membekali diri dengan berbagai ilmu mengenai pernikahan. Saya buat waktu selama satu tahun sebelum menikah mematangkan diri dengan belajar berbagai ilmu mengenai pernikahan. Buku pernikahan, akun jejaring sosial mengenai nikah (sampe saya membuat media bekal pernikahan sebagai media sharing mengenai pernikahan), artikel nikah sampe ceramah-ceramah ustadz dapet juga dari temen curhat sebagai bekal nikah.
Subhanalloh, dengan merencanakan pernikahan di usia dini, Alloh membukakan berbagai jalan untuk mewujudkan rencana hidup yang begitu indah itu. Alloh memulainya dengan membuka komunikasi saya dengan keluarga untuk membicarakan mengenai nikah. Saat itu seh ditanya punya pacar belum sama ibu. Wajar beliau menanyakan hal itu pada saya yang memang sejak kecil gak pernah bawa temen wanita ke rumah, temen-temen yang dibawa pria semua. Karena bingung jawabnya, namun dari sana saya jadikan kesempatan itu untuk membeberkan rencana saya mengenai pernikahan yang diinginkan. Itu kata kunci mewujudkan nikah di usia muda.
Berbagai hal dibicarakan. Mengenai tabungan yang saya miliki, tak luput dari pertanyaan ibu saat itu selain calon pendamping. Sebagai seorang mahasiswa yang baru lulus beberapa bulan dan belum mendapatkan pekerjaan, saya paparkan saja berapa jumlah tabungan yang ada. Diskusipun terjadi mengenai konsep yang saya inginkan dan keluarga inginkan.


(bersambungnya nanti ya...:))